Friday, December 18, 2015

Pengalaman pahitku di Medan

Hai..
Namaku Apriani.
Aku adalah salah satu mahasiswi di Universitas Negeri Medan.

     Di blog ini aku ingin bercerita tentang pengalamanku yang baru beberapa hari lalu terjadi, tepatnya tanggal 9 Desember 2015 saat pemilu kemarin.
Saat itu aku dan sahabat baikku, Nurul sedang mengelilingi kota Medan dengan menggunakan angkot. Kami bukan tak punya tujuan pergi seperti itu, tujuannya adalah mencari Bank Mandiri untuk memperbaiki kartu atm Nurul yg rusak.

     Awalnya semua berjalan dengan lancar, kami tertawa dan bercanda sambil terus melihat kiri dan kanan untuk memastikan bahwa kami tidak melewatkan Bank Mandiri. Maklumlah, kami baru semester 1 dan belum terlalu mengenal kota Medan.
     Sampai pada sebuah warung bakso kami menghentikan angkot kami dan turun di warung itu untuk makan karna saat itu sudah waktunya makan siang. Setelah makan siang, kami melanjutkan perjalanan kami dengan berjalan kaki hingga kami sampai pada sebuah kedai durian. Kami pun berhenti di kedai itu dan memesan sebuah durian seharga Rp.20.000,00. Disitu kami bertemu dengan salah satu dosen dari Universitas Negeri Medan, Pak Zulkifli Simatupang. Kami merasa sangat senang karna bisa bertemu dengan Pak Zul disana. Pak Zul berkata bahwa kami sudah pergi sangat jauh sekali dari kos namun kami hanya tersenyum karna kami merasa sudah biasa seperti itu untuk menambah wawasan kami mengenai kota Medan.
     Kata Pak Zul tidak ada Bank yg buka hari itu karna sedang ada pemilu. Jadi kami memutuskan untuk pulang ke kos. Setelah makan durian kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk pulang karna kami merasa sudah tidak dapat menemukan Bank Mandiri lagi. Kami terus berjalan hingga sampai pada sebuah halte dan duduk disana untuk menunggu angkot.
     Disitu kami terus memandangi ke arah kedai durian dimana Pak Zul masih duduk hingga tak menyadari bahwa ada orang yg juga duduk di sebelah kami, seorang ibu dan anaknya. Tak lama kemudian Pak Zul beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri door smeer dimana dia mencucikan mobilnya karna memang saat itu Pak Zul sedang mencucikan mobilnya dan mampir di kedai durian untuk menunggu mobilnya selesai di cuci.
     Setelah Pak Zul hilang dari pandangan kami, kami pun menyadari bahwa ibu dan anaknya yg tadi duduk di sebelah kami pergi saat seorang ibu gendut yang menggunakan baju hitam, legging, serta kerudung yang mirip dengan dandanan ibu pejabat menghampiri kami dan duduk di sebelah nurul.
Ibu itu menanyakan jam berapa saat itu pada Nurul, Nurul pun mengeluarkan hp nya untuk melihat jam karna pada saat itu dia sedang tidak menggunakan jam tangan. Saat itu juga aku melihat ke arah mereka dan mendapati bahwa ibu tersebut melihat penampilan Nurul dari atas ke bawah serta melihat tas Nurul terus menerus. Aku mulai curiga bahwa ibu tersebut adalah orang jahat sementara Nurul tidak menyadari hal itu. Setelah memberi tau jam berapa saat itu, Nurul kembali memasukkan hp nya ke dalam kantong dan ibu tersebut terus mengajak Nurul berbicara. Aku yg penasaran dengan pembicaraan mereka akhirnya bergabung dan ikut mendengarkan.
     Tak lama kemudian saat pembicaraan berhenti, ibu tersebut mengambil sesuatu dari bawah tempat duduk halte. Aku melihat bahwa dia mengusapkan gumpalan kertas ke tanah dan kecurigaanku pun bertambah. Saat dia berdiri saat itu juga angkot datang dan kami menghentikan angkot itu. Ibu itu mengambil perhatian kami dengan menunjukkan kertas dan membuka isi kertas itu. Dan tebak apa isinya ? Isinya adalah emas, cincin emas seharga Rp.3.521.000,00. Awalnya kami tidak menghiraukan ibu itu serta emas yang ditemukannya. Namun dia memasang tampang seperti orang yg sangat terkejut menemukan benda itu dan terlihat gelagapan. Dia langsung masuk ke dalam angkot yang kami hentikan tadi dan mengajak kami ikut masuk juga. Kami ikut masuk karna kami memang akan naik angkot itu sementara dia seharusnya tidak naik angkot itu. Di dalam angkot dia terus terlihat gelagapan dan berkata "gimana ini nak? punya siapa ini? kita apakan emas ini?". Kami bingung dan terus berkata "gak tau bu". Dia terus memaksa kami untuk memberikan saran mengenai emas yg ditemukannya itu dan interaksi pun terus terjalin antara kami dan ibu itu. Dia berkata bahwa saat dia sedang duduk di halte itu dia sedang menunggu ban keretanya yg diperbaiki karna bocor. Dia pun berkata bahwa dia adalah seorang perawat di Rumah Sakit Pringadi dan suaminya adalah seorang polisi yang suka bermain api dengan anak SMA. Semakin lama rasanya kami semakin akrab dengan ibu itu hingga kami tak sadar bahwa kami telah mengikuti semua omongannya. Dia mengajak kami ke sebuah halaman rumah orang untuk duduk dan membicarakan tentang emas itu.
     Akhirnya dia menemukan ide bahwa dia akan menjual emas itu dan membagi tiga hasil penjualannya untuk di sumbangkan ke mesjid kampus kami. Namun katanya dia akan mengambil uangnya dulu di rumah karna dia punya tabungan Rp.32.000.000,00 dan akan menduluankan uang yang akan dibagi untuk kami. Dia meminta kami untuk menyerahkan barang berharga kami dengan alasan dia takut kami pergi membawa emas itu saat dia mengambil uang ke rumahnya. Dia menyuruh Nurul menyimpan baik-baik emas itu den menyuruhku menyimpan gelang emas yang berdasarkan pengakuannya baru di tebusnya dengan alasan dia takut suaminya melihat gelang itu dan mengambilnya untuk diberikan pada anak SMA yang menjadi selingkuhan suaminya. Dia melarang kami ikut karna takut suaminya melihat kami dan bertanya siapa kami. Kami seakan termakan oleh omongannya dan menyerahkan cincin emas kami masing-masing serta hp samsungku. Sementara hp Nurul tidak mau di bawanya karna menganggap hp Nurul itu murah.
     Setelah dia menyimpan barang kami dan kami menyimpan gelang serta emas yang ditemukannya, dia pun meminta kami untuk menunggu di bawah pohon tak jauh dari rumah itu sementara dia pergi ke rumahnya dengan menggunakan angkot. Kami pun menunggu di bawah pohon itu dan membiarkan dia pergi membawa barang-barang kami.
     Setelah dia hilang dari pandangan kami, Nurul seakan tersadar dan melihat ke arahku sambil berkata "Ni, kayaknya kita ditipu". Dengan tenang aku menjawab "uda, berprasangka baik aja Nurul". Namun air mata Nurul mulai berlinang dan akupun mulai panik. Ibu tersebut sempat berkata bahwa dia akan kembali 5 menit lagi setelah pergi, namun setelah 10 menit dia tak juga kembali. Kami duduk di sebuah batu dekat pohon itu dengan rasa takut dan khawatir bahwa ibu itu tidak akan kembali lagi. Nurul menyuruh aku mengecek gelang yang ditinggalkan ibu itu apakah itu benar-benar emas apa bukan. Aku hanya menggesek-gesekkan gelang itu ke batu dan menunjukkan hasilnya pada Nurul karna aku tidak tahu mengecek keaslian barang itu. Nurul hanya terdiam saat melihat gelang yg sudah ku gesekkan ke batu tadi. Dia pun melakukan hal yang sama pada cincin emas hasil temuan ibu itu yg disimpannya dan tetap terdiam. Setelah hampir 30 menit, kami pun memutuskan untuk pergi ke aksara untuk mengecek keaslian barang itu dan ternyata barang itu emas palsu. Itu hanya plastik yg berwarna keemasan. Dan kami sadar bahwa kami telah ditipu oleh ibu itu dan semua omongannya mungkin telah menghipnotis kami untuk menuruti semua omongannya.

Sekian cerita dari ku,
Kisah ini nyata dan ku harap dapat menjadi pelajaran bagi teman-teman semua yg tinggal di Kota Medan untuk lebih berhati-hati pada orang tak dikenal yg mengajak kita berbicara.

Tips dari emaknya Nurul :
1. Saat bepergian selalu makan permen agar saat ada orang yang mengajak kita berbicara, kita hanya akan fokus pada permen yg ada di mulut kita.
2. Jangan berbicara pada sembarang orang karna TAK ADA ORANG YANG BISA DIPERCAYA SELAIN DIRI KITA SENDIRI.

NB : Pertemuan kami dengan ibu itu terjadi di halte Jalan.Halat, Medan.
Ciri-ciri ibu itu :
-memakai baju hitam renda tangan panjang
-celana legging bercorak
-memakai kaos kaki kulit dan sendal
-memakai kerudung seperti ibu-ibu yg ingin melayat.

Waspadalah pada orang-orang di sekitar kita teman :)

Jangan lupa follow IG aku @aprianiharahap_97 ;)